Berangkat dari Ketidakberlayakan
“Ketika Simon Petrus melihat hal itu ia pun tersungkur di depan Yesus dan berkata: ‘Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa.’ Sebab ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia takjub oleh karena banyaknya ikan yang mereka tangkap; demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon. Kata Yesus kepada Simon: ‘Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia.’ Dan sesudah mereka menghela perahu-perahunya ke darat, mereka pun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus” (Lukas 5:8-11 – TB).
Peristiwa yang dicatat dalam ayat ini, terjadi setelah Yesus mengajar kerumunan orang yang mengitariNya, yang rindu mendengar Firman Tuhan. Ia pun meminjam perahu Simon Petrus untuk menjadi podiumNya. Dan enak sekali, ya, jika mengundang Yesus menjadi pembicara, karena konsumsi pun Ia mampu sediakan?!
Ya, dari atas ‘podium-Nya’, Yesus membuat mujizat. Banyak ikan berhasil ditangkap oleh Simon Petrus dan kawan-kawan. Bahkan dicatat, jala mereka hampir koyak, dan ada dua perahu hampir tenggelam. Wow!
Namun mujizat terpenting justru peristiwa setelah itu, yang dicatat dalam ayat ini, yaitu hati keras seorang manusia yang tersentuh oleh tindakan Allah. Ya, Simon Petrus melihat dan mengalami peristiwa ini, tersungkur dan menyatakan keberdosaan dirinya; ketidakberlayakan diriNya.
Namun Yesus justru mau memakai dan melatih orang-orang, dari posisi yang penuh kerendahan itu. Itu yang Simon alami. Ia pun diubah statusnya menjadi penjala manusia. Dan ia pun memutuskan untuk mengikut Yesus.
Marilah kita mengikut Yesus dan memberi diri dipakai olehNya menjadi penjala manusia. Sadari ketidakberlayakan kita. Namun dari kerendahan semacam itulah, Allah dapat memakai kita.